Rabu, 22 Oktober 2008

Wahai perempuan yang mencintai hujan…

Kau seduh kembali sedihmu dengan secangkir sisa hujan…
Mendung di hati senja tak kunjung jua hilang…
Kepompong membusuk di ujung ranting yang basah…
Mata indahmu kelabu tak mampu melihat…
Indahnya warna warni sayap yang seperti pelangi…
Perempuan itu terpekur sendiri disisi sebuah nisan…
Lantas hilang dalam rimbunan daun-daun…
Satu kenangan buatnya tugur…
Ia tulis namanya dengan sisa air mata…
Berlembar-lembar masa lalu…
Jatuh bagai kabut, begitu lembut…
Menggorongnya bersama angin
Musim penghujan namun aku masih punya teratai ungu
Sepasang mawar dan sepasang melati…impianku hanyalah melihat mereka mekar! Ujarmu…

Tidak ada komentar: