Jika ia sedang sedih, ia pasti akan menangis terus. Ia merasa terhimpit dunia. Ia tak tahu, apakah takdir sedang mempermainkan hidupnya, atau ia yang sedang mempermainkan takdir, sayangnya ia kalah. Aku menatap larut luruh matanya dalam duka. Aku paham, cinta tak selamanya mengerti meski kata pujangga hanya cintalah yang sempurna. Dan bodohnya ia percaya pada cinta yang selalu bisa untuk mengerti. Berat hidup ini kawan jika kami berpisah. Ia bagian tak terpisahkan dalam hidupku, jika ia pergi aku mati.
Tak ada yang indah di hati kami. Aku menunggunya bicara. Berulang kali ku coba yakinkan ini akan berakhir bahagia, ini tak sepahit yang ia kira. Namun hatinya terlalu patah, terlalu sering disakiti, terlalu sering dijadikan alasan, terlalu sering menderita batin. Coba aja dia tahu apa yang telah ku tempuh untuk mengobati hatinya. Aku ingin ia tahu, ini bukan hanya kisah sedihnya, tapi juga kisahku. Duka ku. Sudah ku bilang, aku mati tanpanya.
“Persetan…!” teriaknya. Ia menangis sejadinya. Meronta. Menggila semau’nya. Mungkin lebih baik ia mati saja, pikirnya.
Aku mengerti, ada satu ketika dalam hidup, dimana kita sangat putus asa. Berada diluar batas akal sehat. Ada saat memang benar-benar jatuh dan meratapi hidup. Ada saat hati tidak percaya terhadap apapun. Saat paling terbawah dalam hidup, bukannya tak punya orang lain untuk berbagi. Namun memang sedang ingin berjalan menikmati kelamnya dunia duka hanya sendiri. Inilah yang sedang dialaminya.
Diam, menemani waktu kami. “Tuhan, ijinkan aku menenangkannya kali ini saja…!” batinku.
Kemudian aku berkata:
“Cinta itu tak selamanya indah, demikian pula kehidupan kita. Cinta, kepercayaan, kesedihan, dan kata maaf adalah bagian yang tak terpisahkan dalam hidup. Jangan bersedih karena keadaan, karena selalu ada hitam diatas putih dan sebaliknya.”
Ia menyeka air mata, ku lihat sedikit ketegaran disana. Badai telah berakhir. “Tidurlah, matamu teramat lelah. Aku akan selalu bersama mu, tak kan pernah lari darimu. Apapun yang terjadi…. Janji…!” kataku padanya, bayangan tubuhku dalam cermin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar